Sabtu, 27 Oktober 2012

EKSOTISME JAWA - RESUME





EKSOTISME JAWA
RESUME
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia Abad XVIII-XIX
Dosen pengampu Santi Muji Utami


Oleh

Limat Waljariyah
3101410079



FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011

Pulau Jawa adalah salah satu pulau terbesar dari kepulauan timur yang posisinya hampir hampir mengarah ke timur dan barat. Lengan laut yang menyelip diantara pulau Jawa dan Sumatra dikenal dengan sebutan Selat Sunda. Pada mulut selat tersebut terdapat Pulau Pangeran (Prince’s Island). Keadaan Pulau Pangeran pada mulut Selat Sunda terbentuk dua jalur pelayaran yaitu, antara Pulau Pangeran dan Jawa yang disebut sebagai Behouden atau jalur aman. Sedangkan jalur pelayaram yamg lain disebut sebagai Het Groote Gat atau terusan besar. Kapal kapal yang berlayar melalui Selat Sunda sering berlabuh diteluk Anyer.
VOC mengklaim suatu kedaulatan penuh atas Selat Sunda yang diakui oleh segala kekuasaan yang lain. Pengakuan itu memiliki hak untuk melarang terusan ini bagi semua negara lain. Hak tersebut dilakukan sebagai bagian keadaan bahwa masing – masing wilayah yang berada pada kedua sisi selat adalah bawahan dari kompeni.
Kekuatan Kompeni terhadap seluruh pulau Jawa terbagi menjadi empat kekaisaran atau kerajaan yang secara keseluruhan atau sebagian berada dibawah pengaruh kompeni. Pertama adalah Kerajaan Banten yang dipimpin oleh rajanya sendiri dengan kekuasaan penuh akan tetapi berada dalam pengaruh kompeni, harus membayar upeti. Hal ini juga berlaku di daerah lain, sehingga kompeni membangun karisidenan-karisidenan (residencies). Raja Banten tidak diberi wewenang untuk memilih penerusnya sendiri karena kompeni menominasikan salah satu dari keluarga raja untuk menggantikannya. Kedua adalah Jakarta yang diperintah oleh rajanya sendiri namun pada tahn 1619 akhirnya ditundukkan olah kompeni yang berada dibawah pemerintahan gubernur jenderal dan dewan Hindia  secara langsung. Jakarta sebagai ibukota kerajaan akhirnya digantikan oleh Batavia sebagai wilayah utamanya. Ketiga adalah kerajaan Cirebon yang berada terikat perjanjian untuk menjual seluruh hasil wilayah mereka kepada pihak kompeni, kompeni juga berkepentingan menjaga dan melindungi pelabuhan-pelabuhan mereka.
Keempat adalah kerajaan Susuhunan, Raja Jawa, yang karena tempat bermukimnya sering dinamakan Susuhunan Mataram. Kerajaan ini menguasai sebagian besar Pulau Jawa, namun sejak kompeni muncul banyak kehilangan kegemilangan dan kepentingannya yang kemudian kerajaan ini terpecah dua bagian. Bagian yang lain diserhkan kepada Mangkubumi sebagai Vassal kompeni dengan gelar Sultan yang wilayahnya terdiri atas seperlima dari wilayah kerajaan Jawa.Selain yang telah disebutkan diatas, dapt ditambahkan dengan suatu pulau yang terpisah namun dekat dengan Pulau Jawa yakni Pulau dan Kerajaan Madura yang berada dibawah pemerintahan seorang pangeran yang berada dibawah vassal kompeni sehingga dapat diganti sewaktu-waktu.
Kerajaan- kerajaan itu wajib untuk mengirimkan semua hasil dari wilayah mereka kepada kompeni dan dilarang menjual ke negara-negara lainnya. kerajaan Jawa dibiarkan untuk terbagi menjadi dua negara karena jika wilayah seluas itu dibiarkan tetap ada, siapapun penguasa tunggalnya, ia akan menjadi tetangga yang berbahaya bagi pihak kompeni
Hasil dari pulau Jawa sangat besar dan memiliki nilai penting bagi kompeni. Produk utamanya adalah lada yang sebagian besar tumbuh diwilayah bagian barat pulau Jawa. Beras adalah produksi utama Jawa yang kedua dan ditumpuk dalam jumlah yang besar terutama diwilayah kerajaan Jawa umumnya tumbuh di tanah rendah dimana sepersepuluh bagian beras yang dipanen menjadi milik sipemanen. Gula juga diproduksi dalam jumlah besar di Jawa dan dibawa ke Batavia. Produksi keempat dari Pulau Jawa adalah kopi,akan tetapi wilayah pembudidayaannya terbatas diwilayah Cirebon dan Jakarta. Benang katun juga merupakan objek perdagangan yang penting yang bisa disediakan pihak Jawa kepada kompeni. Garam yang sebagian besar dibawa dari Rembang juga merupakan barang dagangan bagi kompeni. Produk lainnya adalah nila(indigo) yang sebagian besar dikapalkan ke Eropa. Gelonggongan kayu dalam jumlah besar juga telah dibawa dari pantai utara Jawa ke Batavia.
Para penduduk pribumi kesemuanya disebut orang Jawa, sedangkan orang Madura dinamakan sesuai dengan pulau yang mereka tinggali sehingga disebut sebagai orang Madura. Orang Jawa adalah kaum poligamis. Walau begitu, hal ini tidak terjadi pada orang Jawa umumnya karena mereka memang tak mampu memiliki istri lebih  banyak lagi. Agama Muhammad merupakan keyakinan yang mendominasi keyakinan yang dianut oleh pemduduk diseluruh Pulau Jawa meskipun masih dapat ditemui panduduk yang masih menyembah berhala.
Pada tahun 1619, gubernur jenderal John Pietersen Coen, menduduki Jakarta yang sebagian besar telah dihancurkannya dan kemudian membangun kota yang lain yang diberi nama Batavia sebagai ibukota dari pemukiman-pemukiman Belanda di Hindia. Sebelum terjadinya pemberontakan pada tahun 1740 orang china menempati wilayah terbaik didalam kota namun  beberapa orang China yang saat ini hidup di dalam kota memiliki rumah yang sangat memprihatinkan karena bagian dalamnya sama sekali tidak tertata dengan rapi. Disetiap rumah ada sebuah ruangan atau tempat dimana salh satu gambaran atau jostjes atau sesembahan mereka dilukis pada kertas China yang digantung. Kini mereka kebanyakan berdiam di wilayah bagian selatan dan barat pinggiran kota yang disebut Kampung China.
Di Batavia ini sendiri telah dibangun bank sirkulasi (bank of circulation) yang merangkap dengan bank peminjaman uang  yang berada dalam pengawasan seorang direktur seorang kanselir Hindia. Lingkungan Batavia sangat menyenangkan dan setiap tempat hampir selalu dialiri oleh sungai-sungai kecil, ada lima jalan utama yamg menghubungkan kota dengan pedesaan yang keseluruhannya dijajari dengan pohon yang tinggi dan rindang. Pinggiran kota Batavia terkenal keluasannya, kenyamanannya dan populasinya yang besar.
Wilayah pesisir kota semarang menjadi milik para kompeni  yang diberikan oleh pemerintahan Susuhunan sebagai hasil dari perdamaian  setelah peperangan Jawa yang hasilnya kekaisaran dibagi menjadi dua, yaitu; susuhunan dan kasultanan. Susuhunan yang menjabat adalah Raden Masyaid, dia adalah orang yang arif dan tidak mau membunuh orang Eropa kecuali dalam medan pertempuran. Berlainan dengan pemerintahan Susuhunan, pemerintahan kasultanan lebih kejam. Mangkubumi adalah pemimpinnya. Sering membunuh para terpidana mati dengan perilaku yang kejam dan keji. Sifat dari kekaisaran ini sangatlah tamak, sehingga dengan hasutan para Kompeni yang ingin merebut seluruh kekuasaan Jawa Mangkubumipun ingin menduduki pemerintahan susuhunan. Agar tidak terlihat sebagai penghasut, Kompeni ini bersikap sebagai mediator bagi para mereka untuk merembugkan kekuasaan. Tetapi hal itu sia-sia karena jalan terakhir untuk menyelesaikan masalahnya adalah dengan peperangan. Para kompeni menghasut Mangkubumi dan berusaha memasukkan metode-metode untuk kepentingan mereka, sedangkan itu mereka ketakutan akan serangan dari Susuhunan yang akan membahayakan mereka.
Keberuntunganpun sedang memihak mereka. Wilayah seluruh Jawa termasuknya Mataram menjadi milik Mangkubumi dibawah Pemerintahan Kasultanan, dan seluruh wilayah pesisir pantai Jawa menjadi milik Kompeni. Ekspansipun diperluas dengan menguasai Blambangan. Siasat yang diterapkan oleh Kompeni digunakan untuk mengacaukan perdamaian di negeri ini. Maka, kekaisaran yang egitu esarpun dapat dipecah menjadi tiga bagian, bahkan pangeran yang menguasai tahntapun tidak akan naik tahta tanpa sepengetahuan Kompeni. Seluruh peraturan harus dengan sepengetahuan Kompeni.
Ibu kota Susuhunan berada di Surakarta atau Solo, sedangkan ibukota Kesultanan berada di kota Yogyakarta. Wilayah Mataram sangatlah luas sampai ujung timurnya adalah Surabaya Gresik. Sedangkan wilayah pesisir Jawa yang diberikan kepada Kompeni yaitu dibawah naungan Kesultanan.
Hiburan yang disenangi oleh para Raja di Jawa adalah pertarungan antara binatang buas. Para Raja Jawa terkadang menjadikan para penjahat terhukum mati untuk bertarung dengan binatang buas tersebut. Dan walaupun penjahat itu tidak mati karena binatang uas, maka tetap ditembak mati di area lapangan tersebut.
Pengaruh Kompeni cukuplah penting di Kerajaan Jawa. Menurut perjanjian terakhir, kompeni menentukan anak yang mana yang akan menggantikan Raja-raja di Jawa. Kekuasaan kompeni yang di pesisir dibagi-bagi menjadi kabupaten-kabupaten. Semarang memiliki seorang adipati yang pangkatnya lebih tinggi dari pada tumenggung. Dia juga sebagai pemimpin Dewan Pribumi.
Pulau Jawa dikatakan sebagai pulau permata didalam mahkota VOC. Segala keistimewaan terpapar di pulau ini. Mulai dari angin yang baik untuk pelayaran, iklim yang relative nyaman, hingga hampir seluruh pantainya bisa menjadi tempat berlabuh yang baik dan menjadi jalur yang aman bagi kapal-kapal. Meskipun terjadi musim buruk yang menyesakkan namun angin laut dan darat member solusi dari masalah ini.
Ketika kompeni datang, Jawa terbagi menjadi riga kekaisaran : yaitu Banten, Jakarta, dan kekaisaran Susuhunan. Kemudian dari tiga kaisaran ini berubah menjadi provinsi-provinsi yang masing-masing terdiri dari sejumlah tjatjah atau keluarga, yang secara keseluruhan di Jawa dan termasuk Banten pada 1777 mencapai angka 152.014. penduduk Jawa mulai berkurang karena adanya peperangan panjang dan penuh darah. Pada perkembangan selanjutnya Jawa dibagi menjadi lima bagian : Banten, Jakarta, Cirebon, dan kekaisaran Susuhunan dan Sultan.
Orang Jawa memiliki watak pemalas dan perlu usaha keras untuk bisa membuat mereka bekerja. Kemalasan mereka, bukan hanya hasil iklim saja namun juga karena pemerintahan yang semena-mena. Namun factor-faktor ini tak berpengaruh kepada kaum China dimana mereka tetap bekerja keras untuk menhasilkan imbalan oleh hasil usahanya tersebut. Agama mereka Islam bercampur dengan tahayul yang didapat dari nenek moyang mereka. Kondisi paling tidak mengenakkan diBatavia tak lain adala iklimnya yang ganas dan tingkat kematiaannya. Hal ini sering terjadi para kaum pendatanga yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan iklim.
Garis-garis pertahanan Batavia berupa dinding-dinding kota, yang terdiri dari bastion-bastion yang dibangun dengan bagus, dikepung oleh parit-parit yang sangat dalam dan lebar, ada juga sebuah benteng dengan empat bastion, juga terbuat dari batu.   Populasi Batavia, termasuk daerah pinggirannya, diperkirakan memiliki 160.000 penduduk. Bangsa China sendiri berjumlah 100.000, dan sebagian besar bermukim di daerah pinggiran utama: yang lain hidup di kota. Pribumi, bangsa Amerika, Persia, dan Eropa adalah sisanya. Yang disebut terakhir berjumlah antara 1200 sampai 1500 orang, sebagai pegawai Kompeni dan saudagar swasta.
Wilayah Batavia hanya sedikit menghasilkan jagung, ketela, dan beras. Pohon-pohon buahnya adalah kelapa, pinang, berbagai macam jenis pisang, papaya, jeruk besar merah dan putih, manggis, rambootang (rambutan), nanas yang melimpah, sirih, tumbuhan merambat, yang daunnya dikunyah oleh semua bangsa Hindia.  Di Batavia dikumpulkan saffron, dan segala macam rempah-rempah, yang digunakan dalam segala macam masakan yang mereka makan, terutama di dalam nasi, yang merupakan makanan pokok, sebagai tonik, yang penting di iklim panas, dimana perut mudah bermasalah.
Bangsa China begitu banyak memadati Batavia, dan mudah bergolak sehingga pihak berwenang Belanda selalu berhati-hati dalam memberikan hiburan. Disekitar panggung, dan sepanjang jalan utama kampong China, di tengah-tengahnya dibangun banyak sekali rumah judi dan makan, semuanya milik bangsa China. Terlepas dari panggung hiburan, di jalanan kampong, adalah arak-arakan lelaki dengan wajah bercat atau bertopeng, membawa drum ketel, gamelan, dan tamborin; banyak yang berdandan sebagai setan, yang akan dibawa penuh kemenangan di atas galah-galah, dan yang lainnya di keranjang-keranjang yang dihiasi kertas, pita dan lonceng-lonceng kecil, duduk di atas monster-monster, seperti perwujudan singa laut kita.
Tak perlu dikatakan secara panjang lebar tentang kejeniusan usaha dan dagang dari kaum China, yang kecakapannya dalam bidang ini memang sudah sangat terkenal. Di dalam dan sekitar Jakarta sebagian mereka yang mendirikan segala macam usaha dagang, memborong semua usaha pembangunan rumah dan kapal, dan bertransaksi segala macam bisnis eceran. Mereka sangat aktif dan kreatif, dan sangat cerdas.
Pada tahun 1775 sebuah pemberontakan terjadi di antara rakyat Mas Said, seorang pangeran berdaulat, yang kehormatannya hampir menyamai kaisar. Pada tahun 1776, di bulan Februari, terjadi eksekusi tiga belas selir kaisar, di Surakarta, yang disangka melakukan tindakan selingkuh.
Pada malam 18 atau 19 Maret 1804, Raja Banten ditemukan terbunu leh salah satu cucu keponakannya, seorang pangeran muda. M. Eyseldyck, kanselir dan kemudian Gubernur Jenderal, Hindia ditunjuk oleh regensi tinggi untuk memilih dan mengangkat raja baru atas nama Kompeni. Mereka menjuju Banten pada 27 Maret. Raja yang terpilih diakui dan dinyatakan sebagai Raja sembari disematkannya mahkota di kepalanya oleh kanselir. Sang Raja kemudian berjanji untuk menjadi sekutu yang setia kepada Kompeni.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar