Sabtu, 27 Oktober 2012

RESENSI BUKU SEJARAH ASIA TENGGARA KURUN NIAGA 1450-1680



RESENSI BUKU SEJARAH ASIA TENGGARA KURUN NIAGA 1450-1680
Disusun untuk memenuhi tugas harian Asia Tenggara
Dosen pengampu : Suharso






Disusun oleh :
Limat Waljariyah 3101410079
Pendidikan Sejarah Rombel 2
   
    JURUSAN SEJARAH   
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2010


ASIA TENGGARA KURUN NIAGA 1450-1680
BAB 1 PENDAHULUAN : TANAH DI BAWAH ANGIN
Asia tenggara merupakan suatu kesatuan fisik, karena batas-batasnya tidak begitu ditentukan terutama di asia tenggara banyak berbatas pada perairan. Dan asia tenggara juga merupakan suatu kesatuan manusia, karena dalam kawasan ini kebudayaannya hampir sama. Dilihat dari kerajaan-kerajaan yang pernah ada di kawasan asia tenggara, itu semua mendapatkan pengaruh dari india dan cina.
BAB 2 : KESEJAHTERAAN FISIK
Jumlah penduduk secara keseluruhan, di Asia Tenggara masih jarang pada tahun 1600, khususnya jika dibandingkan dengan negeri-negeri yang berbatasan. Sifat yang paling istimewa dari penuduk asia tenggara adalah tingkat pertumbuhannya yang lambat di abad ke-17 & ke-18 dibandingkan dengan china, india, dan eropa, disusul abad ke-19 & ke-20 saat pemerintahan kolonial.
Bahan makan dan hasil bumi paling pokok di asia tenggara adalah beras. Bahan makanan pokok lainnya (jagung,sagu,ubi,talas) sudah telah didahului padi. Karena kebanyakan orang kaya lebih suka mongkonsumsi beras. Tiga jenis utama menanam padi di asia tenggara; pertanian berpindah pada lereng rendah, menyebar benih di ladang tergenang, menanam kembali benih di sawah. Peralatan yang digunakannyapun masih sangat sederhana. Penggunaan tanah umumnya masih sedikit, dan lahan masih sangat luas untuk digarap. Setiap orang diberi hak untuk memiliki/menguasai tanah yang diinginkan.
Makanan daging merupakan sebagai upacara agama/ritus. Semua upacara penobatan yang bersifat penting ditandai dengan pengorbanan hewan & pembagian daging untuk orang-orang sewarga. Sedangkan minuman yang dikonsumsi adalah air bersih yang mengalir atau yang sudah di diamkan selama minimal 3 minggu. Jika minuman keras dikaitkan dengan pesta, maka makanan sebagai penghormatan adalah daun sirih.
Penduduk asia tenggara termasuk penduduk yang sehat. Hampir semua orang wafat dalam keadaan tua dan sehat wal’afiat. Itu dikarenakan cuaca dan iklim yang bagus.beberapa pengamat dari eropa pada abad ke-17 percaya pada asia tenggara sepenuhnya bebas dari wabah yang waktu itu melanda eropa. Yang ada adalah wabah yang relatif lunak. Ada beberapa wabah penyakit menular tetapi wabah yang asli di negeri ini sesungguhnya adalah cacar yang sangat kejam.
BAB 3 : KEBUDAYAAN MATERIAL
Orang asia tenggara tidak begitu memperhatikan hal rumah, makan, tempat tidur, tetapi dalam hal berpakaian mereka sangatlah mewah. Rata-rata rumah yang di bangun sangat sederhana. Terkadang rumah-rumah juga sebagai pura agung. Asia tenggara secara internasional dikenal sebagai konsumen, bukan produsen pakaian. Untuk memproleh pakaian umumnya Indonesia memperdagangkan lada dan rempah-rempah dari Gujarat. Dan perhiasan pribadi adalah merupakan barang yang mewah setelah pakaian.
BAB 4 : PENGATURAN MASYARAKAT
Penduduk ini tidak tunduk pada hukum apapun, baik raja maupun gusti. Mereka yang berkuasa, dapat memperoleh apa saja yang di inginkan. Mereka tidak mengakui raja atau peraturan manapun dan budak-budak mereka juga tidak tunduk pada tuan ataupun raja mereka hanya berbakti pada mereka dengan syarat-syarat tertentu.
Pada kurun niaga ini terjadi perubahan-perubahan yang begitu pesat pada senjata api yang mentransformasikan dan hubungan kekuasaan di eropa memberikan dampak di asia. Ketentuan hukum di asia tenggara berisi sejumlah jalan yang membuat orang menjadi budak,yaitu;
1.    Mewarisi status budak orang tua
2.    Dijual menjadi budak oleh orang tua,suami/diri sendiri
3.    Tertawan dalam perang
4.    Hukuman pengadilan/tidak kemampuan untuk membayar denda
5.    Gagal membayar hutang
Sumber-sumber hukum di asia tenggara sangat beraneka ragam.pola perkawinan yang dominan adalah monogami dengan perceraian yang relatif mudah. Orang asia tenggara biasanya menjadi pengantin di usia yang relatif muda.
BAB 5 : PESTA KERAMAIAN DAN HIBURAN
Masyarakat di asia tenggara dengan iklimnya yang lunak dan makanan pokoknya beras,ikan,serta buah-buahan tersedia secara lebih pasti dibandingkan dengan sebagian besar dunia lainnya, mempunyai keuntungan alamiah untuk bebas dari perjuangan bertahan hidup. Mereka mempunyai banyak waktu untuk berpesta dan hiburan. Pada abad ketujuh belas acara tahunan terbesar untuk mempertunjukkan keagungan raja adalah hari-hari suci islam dan budha. Dan umumnya kesustraan disajikan dengan cara dinyanyikan.
Menjelang abad ke-15 sistem-sistem yang utama di asia tenggara sudah berakar. Selain Vietnam, yang sistem tulisannya telah dilakukan dalam tulisan/ aksara China sejak awal milenium Masehi yang pertama semua sistem tulisan pada dasarnya diambil dan disesuaikan dengan sistem fonetik India.
Sebelum abad ke-16, sebagian besar tulisan di daerah-daerah yang berada di bawah pengaruh india tampaknya telah dibuat pada potongan-potongan daun lontar(seperti india), dan di tempat-tempat lain pada bilah-bilah bambuyang panjang (seperti di China sebelum berkembangnya kertas).
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BUKU
Kelebihan buku ini ialah :
-    Menceritakan semua kebudayaan di Asia Tenggara,yang tidak semua buku mengulasnya.
-    Buku ini lebih terperinci dalam pemeparannya.
-    Dalam pembahasannya, buku ini sudah runtut.
Kelemahan buku ini ialah :
-    Bahasa yang digunakan susah untuk dipahami, karena menggunakan bahasa terjemehan.
-    Sedikitnya penelitian tentang Asia Tenggara.
-    Terlalu banyak menekankan pada kesatuan kawasan Asia Tenggara.
Dibandingkan dengan buku lain, buku ini lebih mudah untuk dipahami dalam bahasa terjemahannya.














PERAN INDIA TERHADAP ARSITEKTUR BANGUNAN INDONESIA



ARTIKEL INDIANISASI
PENGARUH INDIA DIBIDANG ARSITEKTUR

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Asia Tenggara
Dosen pengampu Bpk. Suharso





Disusun oleh :
Limat Waljariyah    3101410079

JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2010
PEMBAHASAN TENTANG KONTAK BUDAYA INDIA TERHADAP INDONESIA BERUPA ARSITEKTUR BANGUNAN
Bangunan yang berisi Hindu-Budha adalah berupa undakan. Dan undakan tersebut menunjukkan kasta atau dewa yang disembah. Di Indonesia, sejumlah undakan terdapat di struktur bangunan, misalnya candi Borobudur. Candi ini merupakan bangunan peninggalan Dinasti Syailendra yang beragama Budha.
Pada bangunan Candi Borobudur, terlihat khas dari arsitekturnya. Terdapat tiga bagian utama yaitu; ‘kepala’, badan’, dan ‘kaki’. Dari ketiga bagian ini, melambangkan ‘triloka’ atau tiga dunia. Yaitu bharloka (dunia manusia), bhuvarloka (dunia orang-orang yang tersucikan), dan svarloka (dunia para dewa).
Bangunan dalam perspektif Budha di Candi Borobudur Yogyakarta telah identik dengan kehidupan masyarakat setempat pada masa itu. Candi ini mengadopsi kebudayaan dari India. Tetapi tidak semua kebudayaan dari India tersebut diserap oleh masyarakat bangsa indinesia secara keseluruhan. Bangunan-bangunan tersebut beranjak dari bangunan spiritual, semisal masjid maupun profan (biasa).
Arsitektur bangunan Candi Borobudur ini, terus bertahan dan diperbaharui dengan bangunan-bangunan lain yang lebih modern. Misalnya masjid Kudus, masjid ini terdapat menara. Dan menara Kudus ini mempertahankan arsitekturnya bangunan Hindhu.padahal bangunan ini terletak di masjid. Kemungkinan besar pendiri masjid Kudus yaitu Jafar Sodiq (Sunan Kudus) mendirikan menara tersebut guna menarik perhatian masyarakat Kudus yang mulanya beragama Hindhu mau berpindah ke agama islam.
Selain menara Kudus, dapat dilihat gerbang masuk masjid yang menyerupai gapura sebuah pura. Serta tempat wudhu yang dihiasi ornamen-ornamen khas Hindhiu. Itu semua dapat diasumsikan . yang pertama yaitu bangunan tersebut merupakan proses akulturasi antara budaya Hindhu yang banyak dipraktekkan masyarakat kudus sebelumnya dengan budaya Arab-Persia yang hendak dikembangkan. Yang dimaksudkan oleh pendiri Masjid yaitu Jafar Sodiq (Sunan Kudus) agar tidak terjadi cultur shock atau kekagetan budaya yang bisa mengakibatkan terasingnya orang-orang pemeluk islam baru, sebab tercerabut secara tiba-tiba dari budaya mereka.
Yang kedua yaitu bahwa penempatan arsitektur hindhu di akibatkan para arsitek dan tukang bangunan yang membangun masjid menguasai gaya atau corak bangunan Hindhu. Dan itu berakibat corak pembangunan mereka bermode Hindhu.
Di peradapan kontemporerpun, corak atau mode arsitektur bangunan juga masih menggunakan mode India. Semisal gedung  sate yang terletak di kota Bandung , masjid Agung Demak, dan masih banyak lagi bangunan-bangunan lainnya yang mendapat pengaruh dari India.











WHAT IS HISTORY?

LAPORAN MEMBACA
PENGANTAR ILMU SEJARAH
Dosen pengampu : Dra. Santi Muji Utami, M.Hum


 
Disusun oleh :
       Limat waljariyah    3101410079


JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
 2010

DAFTAR ISI
Bab 1 Apakah Sejarah Itu?
Bab 2 Guna Sejarah
Bab 3 Sejarah Ilmu Sejarah
Bab 4 Sejarah Sebagai Ilmu dan Seni
Bab 5 Pendidikan Sejarawan
Bab 6 Penelitian Sejarah
Bab 7 Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial
Bab 8 Kekuatan-Kekuatan Sejarah
Bab 9 Generalisasi Sejarah
Bab 10 Kesalahan-Kesalahan Sejarah
Bab 11 Sejarah dan Pembangunan
Bab 12 Ramalan Sejarah







BAB 1 APA SEJARAH ITU...?
Sejarah itu ada dua macam, yaitu:
1.    Sejarah objektif : sejarah yang terjadi diluar pengetahuan manusia.
2.    Sejarah subjektif : sejarah yang terjadi degan sepengetahuan manusia.
Kata sejarah digunakan oleh banyak profesi, diantaranya adalah guru sejarah, pegawai sejarah, pencatat sejarah, pelaku dan saksi sejarah, peneliti dan penulis sejarah.
Guru Sejarah
Agar tidak membosakan dalam penyampaiannya pada setiap tingkatan perlu pendekatan yang berbeda.
-    Tingkat SD menggunakan pendekatan estetis
-    Tingkat SMP menggunakan pendekatan etis
-    Tingkat SMA menggunakan pendekatan kritis
-    Tingkat Universitas menggunakan pendekatan yang diberikan secara akademispek
Selain pendekatan untuk tiap-tiap tingkatan, juga menggunakan dimensi waktu(temporal), dimensi ruang(spatial), asek proses , aspek struktural,segi diakronis dan segi sinkronis.
Pegawai Sejarah
Tugas kesejarahan mereka adalah berhubungan dengan masyarakat untuk menanamkan kesadaran sejarah. Mereka harus bersaing dengan globalisasi yang memberi sajian anasional (menyuguhkan sesuatu yang tidak berakar dalam kebudayaan nasional) dan ahistoris (tidak mengajarkan masya rakat untuk berfikir secara urut, dari masa lalu, masa kini, dan masa depan.


Pencatat Sejarah
Penugasan sejarah untuk penulisan /pencatatan mepunyai kelebihan yaitu :
Pertama : peristiwa yang pening tidak ilupakan begitu saja
Kedua : memperingan tugas sejarawan dalam menulis sejarah
Pelaku Sejarah dan Saksi Sejarah
Pelaku sejarah yaitu orang yang secara langsung terlibat dalam pergulatan sejarah. Saksi sejarah yaitu orang yang mengetahui suatu peristiwa sejarah tetapi tidak terlibat langsung.
Peneliti Sejarah dan Penulis Sejarah
Kelompok ini dihasilkan melalui pelatiha diperguruan tinggi. Tapi wartawan dan sastrawanpun juga bisa menjadi peneliti dan penulis sejarah.
Pengertian sejarah Secara Negatif
1.    Sejarah itu bukan mitos atau dongeng
 -Menceritakan waktu yang tidak jelas
-Kejadian yang tiak masuk akal di masa kini
2.    Sejarah itu bukan filsafat
Ada dua kemungkinan penyalah gunaan oleh filsafat :
-Sejarah dimoralkan
-Sejarah sebagai ilmu yang konkrit dapat menjadi filsafat yang abstrak
3.    Sejarah itu bukan ilmu alam
Sejarah berusaha menuliskan hal-hal yang khas atau bersifat ideografis sebab sejarah adalah ilmu yng menuliska perilaku. Seangkan ilmu alam bertujuan menemukan hukum-hukum yang umum atau bersifat nomothesis.

4.    Sejarah itu bukan sastra
Sejarah itu berbeda dengan sastra setidaknya dalam tiga hal
1)    Cara kerja
2)    Kebenaran
3)    Hasil keseluruhan atau kesimpulan
Kesimpulan Sejarah Secara Positif
Sejarah terikat dalam prosedur penelitian ilmiah dan berasar pada fakta. Kebenaran sejarah jika diungkapkan secara objektif.
-    Sejarah adalah ilmu tentang manusia
-    Sejarah adalah ilmu tentang waktu
-    Sejarah adalah ilmu tentang sesuatu yang mempunyai makna sosial
Definisi Sejarah
Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu,dan sejarah bukun untuk kepentingan masa lalu itu adalah antikuarianisme.









BAB  2 GUNA SEJARAH
Guna intrinsik
1.    Sejarah sebagai ilmu adalah mengandung pengetahuan tentang masa lampau yang disusun secara sistematis dengan metoe kajian secara ilmiah agar mendapatkan kebenaranmengenai masa lampau.
Berkembang dengan berbagai cara ,yaitu:
(i)    Perkembangan dalam filsafat : jaman perkembangan didominasioleh filsafat sejarah kristen, penulisan yang menonjolkan peran-peran orang suci juga tampak.
(ii)    Perkembangan dalam teori sejarah  : seminar sejarah 1 di Yogyakarta pada tahun 1957, perlunya nasionalisme dalam penulisan sejarah, yakni menghasilkan sejarah Indonesia yang otonom.
(iii)    Perkembangan alam ilmu-ilmu lain
(iv)    Perkembangan dalam metode
Sejarah: metode kualitatif
Amerika dan Eropa: kuantitatif
2.    Sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau
Sikap setelah mengetahui masa lampau:
(i)    Melestarikan masa lampau menjadi penuh makna
Contoh: *antikuarian(pengumpul benda-benda kuno), anti kuarianisme (mereka yang mengamil air dari air bersihan kreta kepunyaan kraton di yogyakarta) ,upacara-upacara adat
(ii)    Menolak seperti pada proklamasi di daerah Surakarta dan Mangkunegaran
3.    Sejarah sebagai pernyataan pendapat
Penulis sejarah yang menggunakan ilmunya untuk menyatakan pendapat.
Penulis sejarah Amerika
(i)    Konsensus adalah berpendapat bahwa dalam masyarakat selalu ada konsensus, dan para sejarawan bersikap konformitas. Terdapat dalam tesis garis depan. Kedatangannya di tempat baru, selalu memperluas daerahnya.tesis inividualisme adalah kedatangan di daerah baru untuk memperoleh kemerdekaan individual. Contoh: kemerdekaan neragama.
(ii)    Konflik adalah masyarakat selalu terjadi pertentangan dan menganjurkan supaya kritis dalam berfikir tentang sejarah. Tesis persengkokolan (conspiracy), misalnya: perang saudara di Amerika adalah hasil persengkongkolan kaum industrialis dan politisi.
4.    Sejarah sebagai profesi : guru sejarah, pegawai sejarah, pencatat sejarah, pelaku sejarah dan saksi sejarah, peneliti sejarah dan penulis sejarah.

Guna ekstrinsik
1.    Sejarah sebagai pendidikan moral : tolok ukur benar dan salah,baik dan buruk, berhak dan tidak, merdeka dan terjajah, cinta dan benci, dermawan dan pelit, berani dan takut. Contoh : Pergerakan nasional, G30S/PKI
2.    Sejarah sebagai pendidikan penalaran : harus berfikir plurkausal, yang menjadi penyebab itu banyak. Melihat dari berbagai segi (multidimensi) berfikir berdasarkan perkembangan.
3.    Sejarah sebagai pendidikan politik, Tujuannya adalah dukungan atas politik kekuasaan dengan menorong perbuatan-perbuatan revolusioner & menyingkirkan kaum kontra revolusi.
4.    Sejarah sebagai pendidikan kebijakan : Untuk menentukan suatu kebijakan dibutuhkan pandangan tentang lingkungan alam, masyarakat, dan sejarah. Contoh: kebijakan pajak.
5.    Sejarah sebagai pendidikan perubahan: membaca perubahan sangat perlu untuk meningkatkan ptensi dan memberi inspirasi untuk melangkah.
6.    Sejarah sebagai pendidikan masa depan: belajar dari negara industrial dan pasca industrial. Belajar dalam pengelolaan masyarakat. Belajar organisasi sosialnya. Belajar mengangkat ekonomi.
7.    Sejarah sebagai pendidikan keindahan: membuka hati dan perasaan. Misalnya: pengalaman estetika akan datang melalui mata waktu kita ke candi, istana, tarian, kuburan, kota, dan monumen. Mendengarkan gamelan dan lain-lain. Bersama sejarah, kita belajar jatuh cinta pada tanah air.
8.    Sejarah sebagai ilmu bantu : sejarah penting untuk ilmu-ilmu yang jauh, seperti kehutanan, arsitektur, kedokteran & perencanaan kota.
9.    Sejarah sebagai latar belakang : mempelajari latar belakang untuk bisa meningkatkan potensi. Contoh: inovsi partai politik, perkembangan novel.
10.    Sejarah sebagai rujukan : belajar dari pengalaman tokoh, semangat, keberanian yang harus ditiru. Belajar dari berbagai informasi dan belajar ditempat lain.













BAB 3 SEJARAH PENULISAN SEJARAH
Sejarah penulisan sejarah (historiografi) Eropa dianggap paling modern. Selain itu, menunjukkan pergantian pendekatan, pergantian rhetorika, pendekatan sejarah kritis, dan penekatan ilmu sosial. Sejarah historiografi Eropa terikat oleh waktu dan kebuayaan.
Zaman Yunani dan Romawi
Tulisan sejarah di Eropa muncul di Yunani dalam bentuk  puisi. Yaitu karya homer,  tulis berdasarkan pada cerita-cerita lama. Penulis sejarah dari yunani yang terkenal adalah HERODOTUS abad ke-5 dan ke-6, sehingga ia menulis semacam sejarah kebudayaan. Penulis di Romawi mulanya menulis dengan bahasa Yunani,baru kemudian memulai bahasa latin.
Zaman Kristen Awal dan Zaman Pertengahan
Penulisan sejarah pada jaman ini mempunyai ddua pusat yaitu gereja dan negara.Dengan pendeta dan raja sebagai pelaku utama. Dan hasilnya berupa annals , kronicles, sejarah umum dan biografi.
Abad XVI Zaman Renaissance, Reformasi, dan Kontra Reformasi
Historiografi Renaissance,sama dengan kebudayaannya,lahir di italia.Terutama karena pertumbuhan kata-kata di Italia. Historiografi reformasi diwakili oleh Matthias Vlacich Illyricus,Sleidanus,Heinirch Bullinger. Kontra rformasi ingin mmengembalikan kewilayahan gereja katholik yang telah dirusak oleh gerakan Reformasi.
Zaman Penemuan Daerah Baru Abad XVII
Penemuan daerah baru pada abad ke-15, ke-16, ke-17.sejarah sosial menjadi tema utama.


Zaman Rasionalisme dan Pencerahan Abad XVIII
Rasionalisme pada abad ke-17 baru mempengaruhi historiografi pada abad ke-18. Ada tiga aliran utama yaitu : radikal, moderat&konserfatif, sentimental. Sumbangan besar dari abad ke-18 atau zaman pencerahan adalah gagasan kemajuan.
Abad XIX Zaman Romantisisme, Nasionalisme, dan Liberalisme
Abad ini historiografi ditandai dengan ciri-ciri yaitu :
-    Penghargaan kembali pada abad pertengahan
-    Muncul filsafat sejarah
-    Timbulnya nasionalisme
-    Munculnya liberalisme

Akhir abad XIX dan abad XX
Sejarah kritis dan sejarah baru.  Sejarah baru menekankan pentingnya ilmu-ilmu sosial. Kalau historio klasik menekankan kritik, maka sejarah baru menekankan ilmu sosial.








BAB 4 SEJARAH SEBAGAI ILMU DAN SENI
Sejarah sebagai ilmu
Sejarah itu empiris: sejarah sangat bergantung pada pengalaman manusia, direkam dalam dokumen. Okumen-dokumen diteliti dan menemukan fakta. Fakta-fakta itu di interprestasikan. Hasil dari interprestasi barulah muncul tulisan sejarah.
Pengalaman→dokumen→fakta→interpretasi→sejarah
Sejarah mempunyai objek: sejarah mempunyai sasaran (objek) manusia dan waktu.
Sejarah itu mempunyai teori: teori pada umumnya berisi suatu kumpulan tentang kaidah pokok suatu ilmu. Sejarah m.empunyai tradisi dan disetiap tradisi terdapat teori sejarah.
Sejarah itu mempunyai generalisasi: sejarah menarik kesimpulan-kesimpulan umum. Generalisasi sejarah merupakan koreksi atas kesimpulan-kesimpulan ilmu lain
Sejarah mempunyai metode atau cara: metode yang digunakan adalah pengamatan-pengamatan dengan bukti-bukti akan membuat pernyataan diterima.namun apabila tidak didukung dengan bukti-bukti sejarah, pernyataan itu ditolak.metode sejarah bersifat terbuka, dan berdasarkan fakta. Hal ini mengharuskan orang untuk berhati-hati, orang tidak boleh menarik kesimpulan yang terlalu berani.
Kritik kepada sejarah sebagai ilmu
- Menulis sejarah itu cukup dengan common sense. Tidak boleh takut menulis sejarah. Sejarawan bisa mengtip pengetahuan ari siapapun. Para pelaku sejarah dan saksi sejarah perlu diyakinkan bahwa apapun peran mereka catatan bahwa sejarah itu penting.
- Sejarah itu akan kering. Jika tulisan yang baik, penalaran yang teratur, dan sistematika yang runtut itulah yang dimaksud rhetorika pastilah tidak ada sejarah yang kering.
Sumbangan ilmu
-. Ilmu memberi konsep: observasional concept (diamaati secara langsung dengan pengamatan). Intellectual concept (konsep yang hanya dimengerti, difikir), seperti liberalisme, nasionalisme, romantik dan demokrasi.
-. Ilmu memberi sifat sinkronis: sejarah pada dasarnya adalah ilmu diakronis, yang memanjang dalam waktu tetapi dalam ruang yang sempit.sejarah dapat memanjang dalam waktu, dan melebar ruang jika dengan sumbangan ilmu.
Sejarah sebagai seni
Sejarah memerlukan intuisi (ilham) yaitu pemahaman langsung dan instruktif selama masa penelitian berlangsung. Menggambarkan peristiwa, namun harus tetap ingat akan data-datanya.
Sejarah memerlukan imajinasi: sejarah harus dapat membayangkan apa yang sebelumnya, apa yang sedang terjadi, dan apa yang terjadi sesudah itu.
Sejarah memerlukan emosi: penulisan harus bisa menyatukan perasaan dengan objeknya. Sejarawan dapat menghadirkan objeknya seolah-olah pembacanya mengalami sendiri.
Sejarah memerlukan gaya bahasa: memakai gaya bahasa sehari-hari,sistematis dan detail.
Kritik kepada sejarah sebagai seni: seni itu hasil imajinasi, sedangkan sejarah berdasarkan fakta. Sejarah sangat memerlukan ketetapan dan objektivitas.ketetapan yaitu kesesuaian antara fakta dan tulisan sejarah. Objektivitas yaitu tidak adanya pandangan yang individual.
Sejarah akan terbatas: sejarah akan terbatas pada yang dapat di deskrisikan.
Sumbangan seni
Seni memberikan karakterisasi: melukiskan tentang watak orang-orang yang terlibat dalam peristiwa sejarah. Bisa juga berupa karakterisasi pada biografi.
Seni memberi struktur: perlunya memerhatikan plot atau alur dengan melukiskan latar belakang, krisis dan solusinya.

















BAB 5 PENDIDIKAN SEJARAWAN
Pendidikan sejarawan mempunyai harapan supaya dengan kurikulum yang ada, seseorang sudah siap untuk menjadi penulis sejarah.
    Kajian Sejarah
-    Pengantar sejarah Indonesia
-    Pengantar Sejarah Asia
-    Pengantar Sejarah Barat
-    Sejarah Indonesia Lama Sampai 1500
-    Sejarah Indonesia Abad XVI sampai XVII
-    Sejarah Indonesia Abad XIX Sampai  abad XX
-    Sejarah Pergerakan Nasional
-    Sejarah Inonesia Kontemporer, 1992 sampai masa kini
-    Sejarah asia Tenggara

    Historiografi
-    Historiografi Umum
-    Historiografi Indonesia
    Filsafat, Teori, Metodologi, dan Metode Sejarah
-    Pengantar Ilmu Sejarah
-    Filsafah Sejarah
-    Teori Sejarah
-    Metodologi Sejarah
-    Sejarah Kuantitatif
-    Sejarah Lisan
    Bahasa Sumber
Bagi sejarah indonesia, bahasa sumber adalah bahasa daerah dan bahasa belanda.


Ilmu Bantu
Ilmu yang berguna bagi bangsa sejarah adalah ;
-    Numics matics
-    Heraldri
-    Sigilography
-    Kronologi
-    Sosiologi
-    Antropologi
-    Dan ilmu politik
Tiga golongan sejarawan menurut pendidikannya, yaitu :
-    Sejarawan profesional
-    Sejarawan dari disiplin lain
-    Sejarawan dari masyarakat











BAB 6 PENELITIAN SEJARAH
1. PEMILIHAN TOPIK
(1). Kedekatan emosional: Harus membagi-bagi peristiwa, periodisasi, kedalam babakan waktu
(2). Keekatan intelektual: menyeimbangkan antara pengetahuan dengan emosional .
(3). Rencana penelitian berisi: permasalahan, historiografi, sumber sejarah, garis besar.
2. PENGUMPULAN SUMBER
Doumen tertulis, berupa surat-surat, notulen rapat, kontrak, bon-bon,dsb. Jika dokumen tertulis tidak ada, kita bisa menggunakan artefak, sumber lisan dan kuantitatif.
Artifact, berupa foto-foto, bangunan, atau alat-alat.
Sumber lisan, mengoperasikan tape recorder dan belajarlah sebanyak-banyaknya.
Sumber kuantitatif, berupa pajak atau catatan lain.
   
3. VERIFIKASI ( kritik sejarah atau keabsahan)
Ada dua macam, yaitu :
-. Otentitas (membutikan keasliannya)
-. Kredibilitas (bisa dipercaya)
4. interpretasi (penafsiran)
Analisis (menguraikan)   
Sintesis (menyatukan)
Revolusi adalah hasil inter pretasi kita setelah data-data kita kelompokkan menjadi satu.
5. Penulisan
Memerlukan aspek kronologipembabakan waktu
Penyajian penelitian :
-. Pengantar mengemukakan permasalahan ,latar belakang historiografi dan pendapat
-. Hasil penelitian : setiap fakta yang dituliskan disertai data yang mendukung
-. Simpulan mengemukakan generalisation dan sosial significance
Dalam geraneralisasi, itu akan nampak apakah kita melanjutkan, menerima memberi catatan atau menolak generasi yang sudah ada. Signifikansi sosial, kita akan dapat membandingkan dengan sejarah lain.















BAB 7 : SEJARAH DAN ILMU-ILMU SOSIAL
Sejarah dan ilmu-ilmu sosial memiliki hubungan timbal balik. Tujuan sejarah adalah mempelajari hal-hal yang unik ,tunggal ideografis ,dan sekali terjadi, sedangkan ilmu sosial tertarik pada hal yang umum,ajeg nometis,dan merupakan pola. Sejarah menggunakan pendekatan diakronis, sedangkan ilmu sosial menggunakan pendekatan sinkronis.
Kegunaan ilmu sejarah dalam ilmu-ilmu sosial
1.    Sejarah sebagai kritik terhaap generalisasi ilmu-ilmu sosial
2.    Permasalahan sejarah dapat menjadi permaasalahan-permasalahan ilmu sosial
3.    Pendekatan sejarah yang bersifat diakronis menambah dimensi baru pada ilmu-ilmu sosial yang bersifat sinkronis
Kegunaan ilmu-ilmu sosial untuk sejarah
Pengaruh ilmu sosial pada sejarah kita golongkan pada empat macam ; (1) konsep, (2) teori, (3) permasalahan, (4) pendekatan.









BAB 8 KEKUATAN-KEKUATAN SEJARAH
Carl G Gustavson dalam A Preface to History, mengemukakan 6 kekuatan sejarah
1.    Ekonomi sebagai kekuatan sejarah
Berdirinya organisasi-organisasi yang bergerak dalam peningkatan ekonomi, seperti: zaman orde baru, KADIN, HIPMI. Dalam ekonomi internasional ada OPEC, & APEC.
2.    Agama sebagai kekuatan sejarah
Berdirinya organisasi-organisasi yang bergerak dalam keagamaan, seperti: muammadiyah (1992) dan NU(1926)
3.    Institusi sebagai kekiatan sejarah
Berupa bahan-bahan, partai-partai, dan pers.
4.    Teknologi sebagai kekuatan sejarah
Engan datangnya tekhnonogi baru dengan mesin-mesin telah mengubah kehidupan. Hal ini harus lebih diperhatikan oleh sejarawan.
5.    Ideologi sebagai kekuatan sejarah
Pancasila adalah ideologi yang telah menjadi persetujuan bersama.
6.    Militer sebagai kekuatan sejarah
Peranan tentara dalam memperjuangkan tanah air memberi kekuatan sejarah.
7.    Individulah sebagai kekuatan sejarah
Para nabi, filsafat, pendiri mazhab, pendiri sekte, dan pemikir adalah individu yang mengubah sejarah.
8.    Seks sebagai kekuatan sejarah
Perbedaan pria dan wanita lebih pada perbedaan biologis. Membawa pengaruh pada kehidupan sosial dan buduya.
9.    Umur sebagai kekuatan sejarah
Dalam masyarakat primitif loncatan umur dinyatakan dangan misiasi. Masyarakat tradisional mengenal juga kelompok umur yang dibedakan berbagai fungsi.
10.    Golongan sebagai kekuatan sejarah
Munculnya golongan pemuda, mahasiswa dan pelajar. Seperti: munculnya Budi utomo adalah cerminan kebangkitan jaringan terpelajar pribumi.
11.    Etnisitas dan ras sebagai kekuatan sejarah
Etnis dan ras membawa pengaruh pada perkembangan kota tradisinal ke kota mordern
12.    Mitos sebagai kekuatan sejarah
Karena sama-sama menceritakan masa lalu mitos dijadikan untuk kekuatan sejarah.
13.    Budaya sebagai kekuatan sejarah
Dalam kesenian , arsitektur, seni lukis, sastra, musik, sandiwara, sirkus, dan ilmu pengaruh barat sangat mempengaruhi. Sselain itu juga persaingan kebudayaan di Indonesia merupakan bukti bahwa budaya sebagai kekuatan sejarah.




BAB 9 : GENERALISASO SEJARAH
Generalisasi bertujuan dua hal, yaitu :
1.    Santifikasi  adalah semua ilmu menarik kesimpulan umum keajegan menjadi tumpuan dalam generalisasi.
2.    Simplifikasi : dilakukan supaya sejarah dapat melakukan analisis.
Macam –macam Generalisasi :
1.    Generalisasi konseptual
2.    Generalisasi personal
3.    Generalisasi temetik
4.    Generalisasi spatial
5.    Generalisasi periodik
6.    Generalisasi sosial
7.    Generalisasi kausal
8.    Generalisasi kultural
9.    Generalisasi sistematik
10.    Generalisasi struktural









BAB 10 KESALAHAN KESALAHAN SEJARAH
Kesalahan pemilihan topik
Harus sesuai dengan permasalahan yang akan dikembangkan menjadi sejarah.
*Kesalahan baconian
Sejarah itu ilmu empiris berdasarkan pengalaman dan pengamatan. Namun sejarawan cenderung beranggapan bahwa tanpa teori, konsep, ide, paradigma, praduga, hipotesis, atau generalisasi lainnya, penelitian sejarah dapat dikerjakan. Anggapan yang demikian tidak akan berjalan, apapun jenis sejarah yang akan ditulis.
* Kesalahan tidak terlalu banyak pernyataan
-. Sejarah menanyakan lebih dari dua pertanyaan sekaligus.
-.Sejarawan menanyakan satu masalah, tatapi jawaban atas pernyataan menimbulkan pertanyaan.
-.Pertanyaan terlalu kompleks
* Kesalahan pertanyaan yang bersifat dikotomi
Sejarawan jangan memiliki anggapan yang sempit, tugas sejarawan bukanlah mengadili, tetapi melukiskan
•    Kesalahan metafisik
Termasuk kesalahan metafisik ialah topik-topik filsafat, moral dan teologi.
•    Kesalahan topik fiktif
Mengandaikan sesuatu yang benar ada kebenaran, menjadi tiada kebenarannya.
Kesalahan pengumpulan sumber
•    Kesalahan holisme
Memilih satu bagian yang penting, dan menganggap pemilihan satu bagian itu sudah dapat mewakii keseluruhannya.
•    Kesalahan pragmatis
Terjadi bila untuk tujuan tertentu kita memilih sumber yang mendukung tujuan itu.
•    Kejadian ada hominen
Terjadi bila dalam pengumpulan sumber sejarah orang memilih orang , otoritas, profesi pangkat atau jabatan. Untuk mengindari kesalahan ini, diperlukan tiga pengumpulan sumber, yaitu dari yang bersangkutan, dari pihak lawan, dan saksi mata tetapi tidak terlibat sama sekali.
•    Kesalahan kuantitatif
Orang lebih percaya pada dokumen dengan angka-angka dari paa testimoni. Padahal alangkah mudahnya statistik ditipu
•    Kesalahan estatis
Ini dapat terjadi bila sejarawan hanya memilh sumber-sumber yang mempunyai efek estetis, tanpa memilih sumber-sumber lain.
Kesalahan verifikasi
•    Kesalahan parsprototo
Orang menganggap bahwa buleti yang ternyata hanya berlaku hanya sebagian hanya berlaku untuk keseluruhannya.
•    Kesalahan pro pras
Terjadi bila sejarawan mengemukakan keseluruhannya, padahal dimaksudkan aalah bukti untuk sbagian
•    Kesalahan menganggap pendapat umum sebagai fakta
Sejarawan menganggap pendapa sebagai fakta, padahal belum tentu benar, dan perlu pembuktian kebenarannya.
•    Kesalahan menganggap kesaahan pribadi sebagai fakta
Sejarawan menganggap kesalahan pribadi merupakan fakta, perlu aanya pendapat-pendapat lain dan perlu dipertimbangkan kebenarannya.
•    Kesalahan rincianan angka yang persis
Sejarawan tidak boleh mematokkan angka yang pasti. Sejarawan hanya memberikan parkiraan tetapi bukan angka-angka yang persis.
•    Kesalahan bukti yang spekulatif
Tidak boleh ada bukti yang diluar jangkauan sejarah.
Kesalahan interpretasi
•    Kesalahan tidak membedakan alasan, sebab kondisi dan motivasi
Alasan terjai dekat dengan peristiwa sebab terjadi lebih dekat lagi. Kondisi menjadi latar belakang peristiwa motifasi adalah tujuan peristiwa.
•    Kesalahan post hoc, propter hoc
Terjadi jika sejarawan berpendapat bahwa karena peristiwa A lebih dulu dari pada B, maka B disabkan oleh A. Sejarawan juga lupa mempertimbangkan bahwa ada faktor-faktor lain yang juga berpengaruh. Cum hoc, propter hoc yaitunjika sejarawan menyamakan korelasi dengan sebab dan kesalahan pro hoc, propter hoc, yaitu jika sejarawan salah mengurutkan peristiwa.
•    Kesalahan reduksionisme
Yaitu jika sejarawan menyederhanakan gejala yang sebenarnya kompleks.
•    Kesalahan pluralisme yang berlebihan
Akibat darireduksionisme dan monisme , sejarawan sering tidak menjelaskan apa-apa dan tidak menyebutkan faktor yang menentukan. Supaya topik-topik itu dapat dijelaskan harus dipecah kedalam topik yang lebih spesifik, berasarkan permasalahan, periode atau wilayahnya.
Kesalahan penulisan
•    Kesalahan narasi (kesalahan dalam penyajian)
Tiga hal yang harus dihindari:
1.    Kesalahan dalam periodisasi; terjadi bila sejarawan memandang periode sebagai waktu yang pasti
2.    Kesalahan dikdatis; jika sejarawan menggunkan historiografi untuk mengajarkan suatu nilai
3.    Kesalahanpembahasan, yaitu bahasa yang emotif dan kesalahan yang non sequitur.
•    Kesalahan argumen(kesalahan menguraikan gagasan)
1.    Kesalahan konseptual, sejarawan menggunakan istilah yang empunyai dua atau lebih makna.
2.    Kesalahan substantif, argumen yang tidak relevan atau tidak rasional.
•    Kesalahan generalisasi (menarik kesimpulan umum)
Ada dua kesalahan yaitu generalisasi yang tidak representatif dan generalisasi sejarah adalah hukum universal yang berlaku disemua tempat dan waktu.














BAB 11 : SEJARAH DAN PEMBANGUNAN
Dalam kegiatan pembangunan ada empat tahap, yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengawasan(monitoring ),dan penilaian (evaluation ). Setidaknya sejarah sebagai ilmu akan berguna dalam perencanaan dan penilaian.
Ada tiga cara dalam memahami perencanaan dan penilaian
1.    Sejarah perbandingan
2.    Paralelisme sejarah
3.    Evolusi sejarah
Kasus-Kasus Pembangunan
1.    Pembangunan ekonomi
2.    Pembangunan pertanian
3.    Pembangunan pendidikan
4.    Pembangunan agama










BAB 12 RAMALAN SEJARAH
Ramalan sejarah adalah ektra polasi, atau perkiraan berasarkan historical trend. Menulis sejarah harus hati-hati dan sesuai dengan fakta. Ada ramalan mikro dan makro. Dan ada ramalan jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang.
Masa depan Indonesia
Indonesia akan terus mengalami perubahan antara masyarakat agraris, inustrial dan pasca industrial.
-    Politik : politik yang ada di Indonesia yang demokratis
-    Masyarakat : inonesia akan menjadi masyarakat kelas dan menjanjikan mobilitas
-    Agama : agama dan politik, sekularisasi, spiritualitas, transenden  talisasi
-    Budaya : dua gejala modern yaitu;
-. Pontivisme: kebenaran umur sebagai tolok ukur
-. Buaya tkhnologis, dapat timbul jika dalam masyarakat banyak ahli teknik yang mempunyai otoritas.

EKSISTENSI PARTAI NASIONAL INDONESIA

 
EKSISTENSI
PARTAI NASIONAL INDONESIA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia


Oleh:

Limat Waljariyah         3101410079



JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL        ..........................................................................................          1
DAFTAR ISI        ......................................................................................................          2
Bab I   Pendahuluan
A.    Latar Belakang Masaah    ..............................................................................          3
B.    Rumusan Masalah        ......................................................................................        4
C.    Tujuan Penulisan    ..........................................................................................        4
Bab II  Partai Nasional Indonesia
A.    Berdirinya PNI (Partai Nasional Indonesia)        ..........................................
B.    Perkembangan PNI (Partai nasional Indonesia)    ..........................................
C.    Kemunduran PNI (Partai Nasional Indonesia)    ..........................................
Bab III Penutup    ......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA        ..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Partai Nasional Indonesia (PNI) adalah sebuah partai yang awalnya bernama Perserikatan Nasional Indonesia. Cikal bakal PNI adalah dari Algemeene Studieclub (Kelompok Belajar Umum) yang didirikan Soekarno pada 1925 di Bandung. Algemeene Studieclub yang terinspirasi oleh kelompok studi yang didirikan Soetomo di Surabaya ini didirikan oleh dan untuk kalangan mahasiswa, terutama mahasiswa Technische Hogeschol (Sekolah Tinggi Teknik). Algemeene Studieclub akhirnya menjadi sebuah organisasi yang sifatnya politis. Pada tanggal 4 juli 1927 atas inisiatif Algemeene Studie Club diadakan rapat pendirian Perserikatan Nasional Indonesia (Poesponegoro, Marwati djoened dan Notosusanto, Nugroho, 1993:210).
Sesudah PKI dinyatakan sebagai organisasi terlarang oleh pemerintah akibat pemberontakkannya tahun 1926/1927, maka dirasakaqn perlunya suatu wadah baru untuk menyalurkan hasrat dan aspirasi rakyat yang tidak mungkin ditampung oleh organisasi-organisasi politik yang telah ada pada waktu itu (Poesponegoro, Marwati djoened dan Notosusanto, Nugroho, 1993:209). Kemerosotan peran yang dimiliki oleh Sarekat Islam disertai dengan kegagalan pemberontakan yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia juga telah menimbulkan sejumlah akibat bagi gerakan nasionalis Indonesia. Selain itu juga timbul suatu kekosongan dalam gerakan nasionalis, di mana gerakan nasionalis ini memerlukan pengarahan dan pimpinan baik dari sisa-sisa organisasi politik yang ada maupun pembentukan partai-partai baru.
Melihat kekosongan itu, Moh Hatta, Iskaq, Budyharto dan Sujadi berusaha merealisir pembentukan suatu partai baru yang sesuai dengan rencana-rencana Perhimpunan Indonesia sesegara mungkin. Salah satu usaha awal ialah prakarsa Soedjadi, Iskaq, Tjokroadisoerjo, dan Budiarto dengan pembentukan SRNI (Serikat Rakyat Nasional Indonesia) (Kartodirjo, Sartono, 1999:156). Tetapi pada akhirnya inisiatif itu kurang cukup memadai untuk direalisir, sebab partai baru yang mau dibentuk itu dianggap kurang mampu menampung aspirasi para pendukungnya, yang menganggap mereka yang di negeri Belanda kurang paham terhadap situasi yang ada di tanah air.
Sebaliknya di tanah jajahan Hindia Belanda, pimpinan Kelompok Studi Umum yang merasa lebih paham tentang situasi di tanah air daripada pengurus Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda mulai mengambil inisiatif untuk membentuk partai baru, yang berlandaskan paham kebangsaan. Tidak memakan waktu cukup lama, akhirnya Soekarno, Tjipto Mangunkusumo dan beberapa anggota bekas Perhimpunan Indonesia seperti Iskaq, Sujadi, Sunario dan Budhyarto berhasil membentuk partai baru, yang dinamakan Perserikatan Nasional Indonesia, pada tanggal 4 Juli 1927 di Bandung. Sejak itulah secara perlahan-lahan tetapi pasti gerakan nasionalis di Indonesia yang dulunya dipegang oleh bekas gurunya Soekarno, HOS Tjokroaminoto dengan Sarekat Islam-nya beralih kepada anak asuhnya HOS Tjokroaminto, Soekarno dengan Perserikatan Nasional Indonesia berubah nama menjadi Partai Nasional Indonesia beberapa bulan setelah terbentuk.

B.    Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah, penulis dapat mengambil rumusan masalah yang akan dijadikan bahan kajian dalam penulisan makalah ini, rumusan masalahan tersebut yaitu;
1.    Awal mula berdirinya PNI (Partai Nasional Indonesia).
2.    Perkembangan PNI (Partai nasional Indonesia).
3.    Kemunduran PNI (Partai Nasional Indonesia).
C.    Tujuan Penulisan
Makalah ini dalam penulisannya betujuan sebagai berikut;
1.    Mengetahui awal mula berdirinya PNI (Partai Nasional Indonesia).
2.    Mengetahui perkembangan PNI (Partai Nasional Indonesia).
3.    Mengetahui kemunduran PNI (Partai Nasional Indonesia).
BAB II
PARTAI NASIONAL INDONESIA

A.    Berdirinya PNI (Partai Nasional Indonesia)
Kemerosotan peran yang dimiliki oleh Sarekat Islam disertai dengan kegagalan pemberontakan yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (1926/1927) telah menimbulkan sejumlah akibat bagi gerakan nasionalis Indonesia. Tetapi yang penting adalah timbulnya suatu kekosongan dalam gerakan nasionalis, di mana gerakan nasionalis ini memerlukan pengarahan dan pimpinan baik dari sisa-sisa organisasi politik yang ada maupun pembentukan partai-partai baru.
Melihat kekosongan itu, Moh Hatta, Iskaq, Budyharto dan Sujadi berusaha merealisir pembentukan suatu partai baru yang sesuai dengan rencana-rencana Perhimpunan Indonesia sesegera mungkin. Salah satu usaha awal ialah prakarsa Soedjadi, Iskaq, Tjokroadisoerjo, dan Budiarto dengan pembentukan SRNI (Serikat Rakyat Nasional Indonesia) (Kartodirjo, Sartono, 1999:156). Akhirnya diumumkan kepada publik kalau mereka bermaksud mendirikan sebuah partai baru yang dinamakan Sarekat Rakyat Nasional Indonesia (SRNI) dan direncanakan pada bulan Juli 1927 diadakan kongres untuk meresmikan partai tersebut. Persiapan-persiapan yang telah dilakukan memperlihatkan kalau partai yang mau dibentuk itu tidak didasarkan pada Islam maupun Komunisme. Tetapi pada akhirnya inisiatif itu kurang cukup memadai untuk direalisir, sebab partai baru yang mau dibentuk itu dianggap kurang mampu menampung aspirasi para pendukungnya, yang menganggap mereka yang di negeri Belanda kurang paham terhadap situasi yang ada di tanah air.
Sebaliknya di tanah jajahan Hindia Belanda, pimpinan Kelompok Studi Umum yang merasa lebih paham tentang situasi di tanah air daripada pengurus Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda mulai mengambil inisiatif untuk membentuk partai baru, yang berlandaskan paham kebangsaan. Tidak memakan waktu cukup lama, akhirnya Soekarno, Tjipto Mangunkusumo dan beberapa anggota bekas Perhimpunan Indonesia seperti Iskaq, Sujadi, Sunario dan Budhyarto berhasil membentuk partai baru, yang dinamakan Perserikatan Nasional Indonesia, pada tanggal 4 Juli 1927 di Bandung. Sejak itulah secara perlahan-lahan tetapi pasti gerakan nasionalis di Indonesia yang dulunya dipegang oleh bekas gurunya Soekarno, HOS Tjokroaminoto dengan Sarekat Islam-nya beralih kepada anak asuhnya HOS Tjokroaminto, Soekarno dengan Perserikatan Nasional Indonesia berubah nama menjadi Partai Nasional Indonesia beberapa bulan setelah terbentuk.
Hubungan secara organisasi antara PNI dengan PI tidak ada, tetapi PNI mempunyai hubungan sangat erat dengan PI di negeri Belanda. Kegelapan didaerah jajahan disoroti oleh gerakan ini yang mulai mengadakan propaganda yang intensif secara lisan dan tulisan. Sasaran pokoknya adalah tercapainya Indonesia merdeka dan pembebasan para tahanan digul. Caranya ialah dengan memandu semangat kebangsaan menjadi kekuatan nasional dengan memandu semangat kebangsaan menjadi kekuatan nasional dengan memperdalam keinsyafan rakyat dengan mengarahkan kepada pergerakan rakyat yang sadar. Untuk memperoleh pergerakan yang sadar, maka perkumpulan perlu mempunyai asas dan tujuan yang terang dan tegas, perlu mempunyai suatu teori nasionalisme yang radikal yang dapat menimbulkan kemauan yang satu, kemauan nasional. Bila kemampuan nasional cukup tersebar dan masuk mendalam dihati sanubari rakyat, maka kemauan nasional ini  menjadi satu perbuatan nasional. Ini yang disebut trilogi: nationale geest, national wil, nationale daad.
Berdasarkan atas pengetahuan ini, dalam anggaran dasarnya, PNI menyatakan bahwa tujuan PNI adalah bekerja untuk kemerdekaan Indonesia. Tujuan ini hendak dicapai dengan azas “percaya pada diri sendiri”. Artinya memperbaiki keadaan politik, ekonomi dan sosial dengan kekuatan dan kebiasaan sendiri, antara lain dengan mendirikan sekolah-sekolah, poliklinik-poliklinik, bank nasional, perkumpulan-perkumpulan koperasi dan lain-lain. Itulah sebabnya PNI tidak mau ikut dalam dewan-dewan yang diadakan oleh pemerintah (sikap Non-Cooperation). Yang dapat menjadi anggota PNI adalah semua orang Indonesia yang sekurang-kurangnya yang berumur 18 tahun. Orang-orang Asia lainnya dapat juga menjadi anggota PNI tetapi hanya sebagai anggota luar biasa.
B.    Perkembangan PNI (Partai Nasional Indonesia)
Partai Nasional Indonesia (PNI) berdiri tahun 1927. Dilatarbelakangi oleh pemikiran-pemikiran para mahasiswa yang dulunya tergabung dalam Perhimpunan Indonesia, memang sangat dirasakan besar konstribusi perhimpunan Indonesia dalam hal membentuk PNI, ini dikarenakan banyak tokoh dan anggota dari Perhimpunan Indonesia yang ikut menjadi angota PNI. Walaupun satu sama lain dari kedua organisasi tersebut tidak memiliki hubungan, tetapi kesamaan pola pikir dan perinsip-perinsip yang hampir sama dimiliki keduanya. Propaganda-propaganda yang dilakukan oleh PNI pada masa permulaan juga dinilai merupakan kelanjutan propaganda-propaganda dari Perhimpunan Indonesia.
Suasana politik yang sedang memanas, respon pemerintah Hindia Belanda yang reaksioner, tumbuh dan berkembangnya paham-paham Nasionalisme moderen di Indonesia telah memberikan jalan kearah terciptanya gerakan-gerakan yang sifatnya tidak evolusioner lagi, tetapi kegerakan yang lebih bercorak Nasionalisme murni dan bersifat radikal.
Kegagalan pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1926/1927 yang juga mengakibatkan partai tersebut menjadi terlarang untuk berdiri di Indonesia, mengakibatkan banyak anggotanya kebingungan. Mereka menginginkan terus berjuang untuk terciptanya kehidupan baru bagi masyarakat, oleh karna itu mereka masih butuh tempat atau wadah yang menampung aspirasi politiknya. Tetapi pada masa itu tidak ada partai atau perhimpunan yang dianggap seuai dengan apa yang mereka cita-citakan. Oleh sebab itu butuh pembentukan wadah baru yang bersifat revolusioner dan mudah diterima.
Awal mulanya kelahiran PNI ditandai dengan pembentukan kelompok-kelompok studi di Surabaya oleh Sutomo dan Bandung oleh Soekarno yang kemudian berkembang ke seluruh Jawa dan meluas lagi ke luar Jawa. Tujuan pendirian kelompok-kelompok studi ini agar para pelajar Jawa dapat bersatu, menanamkan kesadaran kepada mereka bahwa Indonesia adalah suatu bangsa.
Dari kelompok-kelompok belajar tersebut, banyak dilakukan pertemuan pertemuan yang membicarakan keadaan-keadaan sosial politik pada saat tersebut. Pada bulan April di kediaman Soekarno merencanakan pembentukan sebuah partai baru. Terdapat orang orang yang hadir pada waktu itu seperti Ishak, Sunaryo, Tjipto Mangoenkoesoemo, J. Tilaar, dan Sujadi. Mereka yang hadir akan menjadi anggota panitia yang harus mempersiapkan kongres nasional secepatnya. Namun pertemuan ini hanya dilakukan secara tertutup. Pertemuan lain dilakukan oleh mereka pada 4 Juli 1927. mereka merencanakan rencana pembentukan sebuah partai baru dengan nama Partai Nasional Indonesia (PNI) secara terbuka. Pertemuan 4 juli tersebut menetapkan Soekarno sebagai ketua dan anggaran anggaran dasar keorganisasian.
PNI pun mulai berkembang. Pada akhir tahun 1927 tercatat menjadi 3 cabang. Selain di Bandung juga terbentuk cabang di Yogyakarta dan di Batavia. Pada bulan Desember dibentuk juga sebuah panita di Surabaya untuk persiapan pembentukan cabang baru di kota tersebut. Di Surabaya sendiri PNI resmi berdiri pada 5 February 1928.
Tujuan PNI adalah untuk mencapai Indonesia yang merdeka terlepas dari segala penjajahan. PNI yakin jika Indonesia merdeka dan terlepas dari penjajahan maka susunan kehidupan, struktur social masyarakat Indonesia akan kembali seperti sebagai mana mestinya. Tujuan tersebut bisa dipakai kalau kita bisa berdiri sendiri atau percaya pada diri sendiri, dan tidak bekerja sama dengan pemerintah kolonial Belanda. PNI yakin, dengan gerakan-gerakannya yang revolusioner pemerintah kolonial Belanda tidak akan memberikan, membantu, atau memberi jalan untuk tercapainya suatu kemerdekaan.
Organisasi ini mulai menanjak dan terkenal. Propaganda-propaganda tulisan maupun lisannya banyak menyihir dan mempengaruhi rakyat. Pada permulaanya tema yang banyak diangkat adalah tentang hubungan yang sifatnya penjajahan dan konflik yang tidak dapat dihindari antara kaum penjajah dan kaunm yang di jajah, perlunya melawan front kulit putih, perlunya pembentukan negara dalam negara, perlunya menumbuhkan percaya akan kekuatan diri sendiri dan melepaskannya ketergantungan kita pada Belanda dengan jalan “berdiri dengan kaki sendiri” untuk meraih kemerdekaan. Peningkatan kegiatan berupa pertemuan-perteuan atau rapt-rapat umum di cabang-cabang sejak Mei 1929 menimbulkan suasana serba tegang. Pihak pemerintah hindia-belanda pusat semakin lebih banyak memberi kekuasaan untuk melakukan pengawasan dan tindakan terhadap aktivis PNI yang membahayakan keamanan dan ketertiban secara tegas. Frekuensi intervensi polisi semakin tinggi dengan menghentikan pidato oleh karena merasa kena provokasi oleh ucapan-ucapan dengan bahasa politik yang menghasut hadirin ((Kartodirjo, Sartono, 1999:163).
Dalam rapat tanggal 17- 18 Desember 1927 di Bandung terjadi suatu moment dimana organisasi-organisai pergerakan nasional yang selama ini berjuang dibawah benderanya masing-masing berkumpul dalam satu forum. Partai Nasional Indonesia dengan beberapa organisasi lain seperti Partai Sarikat Islam, Budi Utomo, Pasundan, Soematranen Bond, Kaum Betawi, Indonesische Studieclub dan Allgemene sepakat mendirikan federasi perhimpunan politik yang mereka beri nama Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
Tanggal 24-26 Maret dilakukan penyusunan penyusunan azas dan daftar usaha yang disahkan 27-30 Mei 1928. Dalam program azas tersebut dikemukakan bahwa: “perubahan-perubahan struktur masyarakat pada abad XVI yang membawa pula pada kebutuhan-kebutuhan ekonomi baru, menyebabkan timbulnya imperialisme Belanda”. Demi kepentingan imperialisme tersebut, Indonesia dijadikan tempat penanaman modal.
Dari presfektif ekonomi Indonesia, hal ini berarti drainage kekayaan. Hal ini berakibat pada rusaknya struktur social, ekonomi, dan politik Indonesia (C.Utomo:1995). Oleh karena itu PNI dengan menjalin persatuan dan kesatuan bangsa, tanpa mementingkan kepentingan agama, ras, dan suku bangsa untuk melawan kolonialisme penjajah dan tanpa bantuan orang lain, kemerdekaan bisa dicapai.
Seiring berjalannya waktu PNI pun makin melebarkan sayap eksistensinya. Pergerakan perjuangannya yang selalu revolusioner telah banyak menghimpun banyak kekuatan. Masa dari anggotanyapun kian bertambah. Pada Bulan mei 1929 anggota PNI sampai pada jumlah 3.860 orang. Kenaikan ini sebagai akibat dari propaganda yang dilakukan dengan sangat aktif sepanjang tahun.
Dengan memasang program pengorganisasian sebanyak-banyaknya massa, diasuh oleh semangat membangun persatuan massa dan mencoba menghindari rentang perbedaan pandangan dengan ideologi lain, PNI melaju dengan cepat sebagai partai politik yang didukung oleh anggota yang melimpah ruah. Bakat pidato Soekarno dan kemampuan Soekarno dalam memahami bahasa rakyat jelata dan menyampaikan gagasan-gagasan politiknya juga dengan bahasa yang dipahami rakyat jelata, menjadi salah satu faktor determinan dari tumbuhnya PNI sebagai partai dengan massa yang melimpah.
Pemerintah Kolonial Belanda dibawah tangan Gubernur Jendral De Graeff mulai geram atas tindakan tindakan PNI. Gubernur Jendral De Graeff sebagai seorang liberal lebih condong menjalankan politik toleransi, namun desakan golongan konservatif di Negara Belanda dan Indonesia memaksanya bertindak keras. Tafsiran dari pihak kaum nasionalis terhadap politik itu berbeda-beda sehingga berbedalah pula reaksinya. (Kartodirjo, Sartono, 1999:167)
Berbahaya dimata pemerintah kolonial karena PNI merupakan gerakan yang bersifat revolusioner kerena banyak gagasan dan anggotanya bekas pPerhimpunan Indonesia (PI). Untuk membendung pergerakan-pergerakan nasional ini, tampaknya pemerintah kolonial belanda mencoba misahkan kaum nasionalis moderat dengan kelompok-kelompok nasioalis ekstrim agar mereka tidak cepat berkembang. Mereka juga menggunakan politik adu domba agar kedua kaum pergerakan tersebut saling bersengketa dan terpecah.
Pengaruh PNI semakin besar, sebaliknya pemerintah kolonial harus lebih bisa membendung gerakan-gerakan PNI. Pemerintah menilai PNI berbahaya bagi stabilitas social dan stabilitas politik Hindia Belanda. Untuk itu dilakukanlah berbagai upaya untuk melakukan tinadakan tegas terhadap tokoh-tokohnya. Isu akan dilancarkannya gerakan pemberontakan pada tahun 1930 menjadi alasan pemerintah untuk melakukan penggeledahan pdan penangkapan terhadap tokoh-tokoh PNI.
Pada tanggal 29 Desember Soekarno dan kawan-kawan ditangkap oleh pemerintahan Hindia belanda. Beliau dan beberapa anggota yang lainnya dinyatakan bersalah oleh pengadilan. Soekarno diponis 4 tahun penjara. Berdasarkan pertimbangan keberlangsungan perjuangan nasional, dalam kongres luar biasa ke II di Jakarta, diambil keputusan untuk membubarkan Partai Nasional indonesia pada tangal 25 April 1931. pembubaran ini menimbulkan pro kontra dari para anggotanya. Dan dari sinilah akan terbentuk dua kubu yang nantinya melahirkan Partai Indonesia (partindo) dan PNI baru. Pada awal 1932 jumlah anggotanya ditaksir lebih kurang tiga ribu orang, yang sebagian besar terdapat di Batavia, termasuk pula para mahasiswa RHS dan GHS (Kartodirjo, Sartono, 1999:169).
Tahun 1998 PNI dihidupkan kembali dan mengikuti Pemilu tahun 1999 dengan nama PNI Soepeni. Memperoleh 0,36 persen suara nasional. Sesuai dengan UU No. 31 Tahun 2002, maka PNI Soepeni tidak diperbolehkan mengikuti Pemilu 2004. Oleh karena itu partai ini memakai nama baru yaitu Partai Nasional Indonesia Marhaenisme (PNI Marhaenisme) dan mendaftarkan diri untuk mengikuti Pemilu 2004 dan berhasil lolos dari verifikasi serta memenuhi persyaratan yang ditentukan.
Partai berlandaskan perjuangan marhaenisme ini memberikan prioritas kepada perbaikan nasib buruh, petani dan nelayan dalam programnya. Selain itu partai juga menekankan memperjuangkan terselenggaranya pemerintahan yang bebas dari KKN serta mengembangkan nasionalisme Indonesia yang tidak chauvinistik.
Partai Nasional Indonesia (PNI) Marhaenisme adalah salah satu dari enam partai yang hidup dari bayang-bayang kebesaran salah satu pendiri republik ini, Soekarno atau Bung Karno. PNI didirikan Bung Karno tahun 1927. Para pendiri PNI Marhaenisme menambah kata Marhaenisme pada partai yang didirikan Bung Karno tersebut. Marhaenisme adalah salah satu ajaran Bung Karno berkaitan dengan rakyat jelata.

Arti penting PNI dalam sejarah pergerakan kebangsaan terletak pada program partai tersebut yang gigih dan terus terang dalam mengupayakan terbangunnya sebuah front persatuan yang melintasi batas-batas ideologi dan cara perjuangan. Soekarno memang berada paling depan dalam ikhtiar yang cukup sulit direalisasikan pada masa yang sudah menampakkan kompleksitasnya.
Pada tahun 2007 Partai yang pernah dipimpin Bung Karno itu kembali bernama Partai Nasional Indonesia (PNI) dipimpin oleh Putra Ibu Supeni;  Agus Supartono, BA. 
Kronologi perkembangan Sejarah PNI  :
1.    1927 - Didirikan di Bandung oleh para tokoh nasional seperti Dr. Tjipto Mangunkusumo, Mr. Sartono, Mr Iskaq Tjokrohadisuryo dan Mr Sunaryo. Selain itu para pelajar yang tergabung dalam Algemeene Studie Club yang diketuai oleh Ir. Soekarno turut pula bergabung dengan partai ini.
2.    1928 - Berganti nama dari Perserikatan Nasional Indonesia menjadi Partai Nasional Indonesia
3.    1929 - PNI dianggap membahayakan Belanda karena menyebarkan ajaran-ajaran pergerakan kemerdekaan sehingga Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan perintah penangkapan pada tanggal 24 Desember 1929. Penangkapan baru dilakukan pada tanggal 29 Desember 1929 terhadap tokoh-tokoh PNI di Yogyakarta seperti Soekarno, Gatot Mangkupraja, Soepriadinata dan Maskun Sumadiredja
4.    1930 - Pengadilan para tokoh yang ditangkap ini dilakukan pada tanggal 18 Agustus 1930. Setelah diadili di pengadilan Belanda maka para tokoh ini dimasukkan dalam penjara Sukamiskin, Bandung. Dalam masa pengadilan ini Ir. Soekarno menulis pidato "Indonesia Menggugat" dan membacakannya di depan pengadilan sebagai gugatannya.
5.    1931 - Pimpinan PNI, Ir. Soekarno diganti oleh Mr. Sartono. Mr. Sartono kemudian membubarkan PNI dan membentuk Partindo pada tanggal 25 April 1931.[2] Moh. Hatta yang tidak setuju pembentukan Partindo akhirnya membentuk PNI Baru. Ir. Soekarno bergabung dengan Partindo.

C.    Kemunduran PNI (Partai Nasional Indonesia)
Kemajuan-kemajuan yang diperoleh PNI dalam usahanya membawa rakyat untuk memperoleh kemerdekaan telah mengkhawatirkan orang-orang reaksioner Belanda di Indonesia, yang kemudian membentuk suatu organisasi bernama VaderlandscheClub tahun 1929, yang mendesak pemerintah agar segera mengambil tindakan keras terhadap PNI. Begitu pun surat kabat-surat kaba Belanda mengadakan kampanye yang aktif melawan PNI.
Sebenarnya pemerintah koonial Belanda memang sudah mulai khawatir dan curiga terhadap kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh PNI. Pemerintah dengan terus terang pada tanggal 9 Juli 1929 telah menyatakan kecurigaan terhadap PNI. Selanjutnya pada tanggal 6 agustus 1929 mengeluarkan nacaman-ancaman terhadap PNI. Walaupun ada ancaman dan profokasi, PNI tetap jalan terus mengadakan kegiatan-kegiatan partai. Dalam rapat umum tanggal 15 September 1929 di Bandung, Bung Karno mengatakan bahwa walaupun ada usaha-usah untuk menghalangi pertumbuhan PNI dengan berbagai cara, Pni malah semakin berkembang subur. Juga diramalkan oleh Soekarno bahwa perang pasifik akan pecah dan kalau oarang Indonesia tidak bersiap-siap menghadapinya kemungkinan itu, bangsa Indonesia akan menjadi korban. Sebaliknya apabila dilakukan persiapan-persiapan tidak perlu merasa khawatir.
Kecemasan pemerintah kolonial Belanda bertambah sesuadah pemerintah mendapat laporan bahwa dikalangan tentara dan polisi terdapat pula pengaruh propaganda PNI. Karena itu tindakan-tindakan yang lebih keras diambil, antara lain Gubernur Jawa Barat melarang polisi menjadi anggota PNI pada akhir bulan oktober 1929. Begitupun panglima tentara kolonial Belanda mengeluarkan larangan serupa pada semua anggota militer dan pegaewai negeri yang berada dibawah wewenang Departemen Van Oorlog. Bahkan tentaara juga dilarang membaca surat kabar yang bernada perjuangan kemerdekaan.
Kemudian tersebarlah desas-desus dikalangan rakyat bahwa PNI akan mengadakan pemberontakan pada tahun 1930. Karena desakan kaum reaksioner Belanda disamping pemerintah Belanda sendiri bertambah khawatir, sesudah melakukan persiapan-persiapan yang luas dan teratur kemudian pemerintah melakukan penangkapan –penangkapan dan penggeledahan-penggeledahan dimana-mana.pada tanggal 29 Desember 1929 Soekarno CS ditangkap oleh polisi di Yogyakarta dan selanjutnya dibawa di Bandung.
Disamping itu di Jakarta dilakukan 50 penggeledahan dan penangkapan, di Bandung 41, di Cirebon 24, di Pekalongan 42, di Sukabumi dan Cianjur 31, di Surakarta 11, di Medan 25, di Ujung Pandang 18, Padang 2, di Semarang 30, dan di banyak tempat lainnya di Indonesia yang jumlah semuanya lebih dari 400 penangkapan. Seluruh kaum pergerakan mengajukan protes, demikian juga Perhimpunan Indonesia, serta partai buruh dan Prtai Komunis di Negeri Belanda.
Empat orang tokoh PNI yaitu : Ir. Sukarno (ketua PNI), R Gatot Mangkoepraja (sekretaris II PB.PNI) Markoen Soemadiredja( Sekretaris II Pengurus PNI cabang Bandung) dan Soepriadinata( angota PNI cabang Bandung) diajukan ke depan pengadilan di Bandung pada tanggal 18 Agustus 1930 sampai 29 September 1930. Berbeda dengan nasib pemimpin PI, maka pemimpin-pemimpin PNI dijatuhi hukuman penjara oleh pengadilan kolonial pada tanggal 22 Desember 1930.
Penangkapan atas pemimpin-pemimpin PNI, terutama Ir. Soekarno yang merupakan jiwa penggerak PNI, ternyata merupakan pukulan yang sangat keras untuk PNI. Pada Kongres luar biasa ke II di Jakarta, diambillah keputusan pada tnggal 25 April 1931 untuk membubarkan PNI karena keadaan memaksa. Pembubaran ini menimbulkan perpecahan dikalangan pendukung-pendukung PNI yang masing-masing pihak mendirikan Partai Indonesia (Partindo) oleh Mr. Sartono cs, dan Pendidikan Nasional Indonesia ( PNI Baru) oleh Moh. Hatta dan St. Syahrir cs. Perbedaan antara keduanya sebenarnya tidak ada hubungannya dengan persoalan pembaharuan sosial. Mereka setuju bahwa kemerdekaan politik adalah tujuan perjuangan utama yang harus dicapai dengan taktik non-kooperasi. Tetapi apabila PNI baru lebih mengutamakan pendidikan politik dan sosial maka Partindo percaya bahwa organisasi massa dengan aksi massa adalah senjata yang tepat untuk mencapai kemerdekaan (Djoenet Poesponegoro, Marwati. 1993: 216)
Kedua organisasi itu tidak banyak berhasil dalam usahanya oleh karena politik yang sangat kolot dan keras dari Gubernur Jenderal de Jonge. Disamping itu pemimpinnya kemudian ditanggap dan dibuang ke luar Jawa.













BAB III
PENUTUP

Pada tahun 1927  PNI didirikan di Bandung oleh para tokoh nasional antara lain adalah Dr. Tjipto Mangunkusumo, Mr. Sartono, Mr Iskaq Tjokrohadisuryo dan Mr Sunaryo. Selain itu para pelajar yang tergabung dalam Algemeene Studie Club yang diketuai oleh Ir. Soekarno turut pula bergabung dengan partai ini. Kemudian pada tahun 1928 terjadi pergantian nama dari Perserikatan Nasional Indonesia menjadi Partai Nasional Indonesia.
Sekitar tahun 1929 PNI dianggap membahayakan Belanda karena menyebarkan ajaran-ajaran pergerakan kemerdekaan sehingga Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan perintah penangkapan pada tanggal 24 Desember 1929. Penangkapan baru dilakukan pada tanggal 29 Desember 1929 terhadap tokoh-tokoh PNI di Yogyakarta seperti Soekarno, Gatot Mangkupraja, Soepriadinata dan Maskun Sumadiredja. Pada tahun 1930 pengadilan para tokoh yang ditangkap ini dilakukan pada tanggal 18 Agustus 1930. Setelah diadili di pengadilan Belanda maka para tokoh ini dimasukkan dalam penjara Sukamiskin, Bandung. Dalam masa pengadilan ini Ir. Soekarno menulis pidato "Indonesia Menggugat" dan membacakannya di depan pengadilan sebagai gugatannya. Kemudian tahun 1931 pimpinan PNI, Ir. Soekarno diganti oleh Mr. Sartono. Mr. Sartono kemudian membubarkan PNI.







DAFTAR PUSTAKA

Utomo C. Budi. 1995. Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia dari kebangkitan hingga kemerdekaan. Semarang: Ikip Semarang Press.
Soekarno. 1983. Indonesia Menggugat. Jakarta: Tjita Agung
Tirtoprojo, Susanto. 1980. Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia. Jakarta: Pembangunan
Djoenet Poesponegoro, Marwati. 1993. Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta: Balai Pustaka.
http://forums.marsudirini-bks.sch.id/free-for-all/sejarah/ (diakses 6 April 2012)
http://jurnalrepublik.blogspot.com/2007/07/pni.html (diakses 4 April 2012)
http://partainasionalindonesia.blogspot.com/2007/08/sejarah-pni.html (diakses 7 April 2012)
http://pemilu.inilah.com/partai/pni/ (diakses 5 April 2012)